Resensi Film
“Something the Lord Made”
Judul film : Something the Lord Made
Sutradara : Joseph Sargent
Pemain : Alan Rickman sebagai Dr. Alfred Blalock
Mos Def sebagai Vivien Thomas
Kyra Sedgwick sebagai Mary Blalock
Gabrielle Union sebagai Clara Thomas
Merritt Wever sebagai Mrs. Saxon
Clayton LeBouef sebagai Harold Thomas
Charles S. Dutton sebagai William Thomas
Mary Stuart Masterson sebagai Helen B.
Taussig
Produser : Robert W. Cort
Distributor : HBO
Tanggal rilis : 30 May 2004
Bahasa : Inggris
Film
“Something the Lord Made” merupakan sebuah film yang diambil dari kisah nyata.
Film ini menceritakan tentang seorang tukang kayu berkulit hitam yang bernama
Vivien Thomas. Ia hanya lulusan SMA yang ingin melanjutkan studinya dalam bidang
kedokteran. Ia bekerja keras untuk melanjutkan studinya itu dan sudah menabung
dari beberapa tahun yang lalu di sebuah bank. Akhirnya Vivien bekerja pada
dr.Alfred Blalock untuk memelihara anjing-anjing yang digunakan untuk
penelitian serta membersihkan laboratorium di sebuah rumah sakit.
Suatu
ketika, ia mendapat kabar bahwa bank dimana ia menabung mengalami masalah dan
akhirnya tutup. Dan Vivien merasa sangat sedih dan kecewa, uang yang selama ini
ia kumpulkan untuk melanjutkan studinya hilang begitu saja. Karena kemauannya
yang tinggi, Vivien tidak patah semangat. Ia belajar otodidak untuk mempelajari
bidang kedokteran sendiri dengan modal membaca buku milik dr. Alfred Blalock.
Karena meliat minatnya dalam bidang kedokteran, dr.Alfred Blalock menguji Vivien
dalam menggunakan alat-alat bedah dan ternyata Vivien sangat mahir
menggunakannya.
Kemudian,
Vivien diangkat menjadi asisten dr.Alfred di laboratorium untuk membantu dalam
penelitian dan memecahkan kasus pembedahan jantung serta kasus sindrom baby
blue. Mereka berdua berhasil menemukan metode untuk pembedahan jantung untuk
pertama kali. Namun, karena pada saat itu masih terdapat yang namanya rasisme
terhadap warna kulit, Vivien seakan-akan tidak dianggap karena kulitnya yang
hitam. Orang-orang hanya menganggap metode tersebut hanya dr.Alfred Blalock
yang menemukannya dan hanya dr.Alfred Blalock lah yang menjadi sangat terkenal
saat itu. Sedangkan Vivien hanya dianggap sebagai asisten yang tidak ada
artinya dengan gaji yang cukup kecil untuk pekerjaannya saat itu dan jasa yang sudah
diberikannya. Bahkan, ketika dr.Alfred Blalock berpidato pada suatu acara atas
keberhasilannya dalam pembedahan jantun, dr.Alfred Blalock tidak menyebutkan
atau menyinggung tentang Vivien sedikitpun. Ketika itu Vivien merasa sangat
kecewa dan sedih.
Vivien memutuskan untuk berhenti
dari pekerjaannya itu dan mencari pekerjaan lain. Hingga akhirnya Vivien
kembali bekerja pada dr.Alfred Blalock karena ia yakin bahwa pekerjaan itulah
yang ia sukai. Dengan kesabaran dan ketekunannya ia terus meningkatkan
keahliannya tanpa peduli berapa gaji yang ia dapatkan. Setelah beberapa tahun
dan dr.Alfred Blalock pensiun, keahlian dan jabatan Vivien semakin tinggi. Dr.Alfred
Blalock sempat mendatangi Vivien untuk minta maaf atas segala kesalahannya
waktu itu. Dan ketika dr.Alfred Blalock meninggal, ia diangkat sebagai kepala
laboratorium. Hingga akhirnya, kesabaran dan ketekunannya itu membuahkan hasil
yang sangat memuaskan. Ia mendapatkan gelar kehormatan sebagai doctor dan
mendapatkan banyak penghargaan atas karya-karyanya dan jasanya dibidang
kedokteran. Dan saat itu mulai pudarlah rasisme terhadap warna kulit.
Kaitan Film dengan Materi Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Banyak
hal yang dapat diambil dari film berjudul “Something the Lord Made” ini. Film
ini mengajarkan kita bahwa kita tidak boleh menyerah, harus bersungguh-sungguh
dalam menggapai cita-cita. Karena, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini
selagi kita mau berusaha. Terus berusaha apapun rintangannya. Kesabaran dan
kesungguhan dalam menggapai sesuatu akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan
dan kebahagiaan akan menanti.
Dalam film
ini, rasisme sangat menonjol, yaitu orang yang berkulit putih dianggap lebih
daripada orang yang berkulit hitam. Dan orang yang berkulit hitam dianggap
rendah dan selalu diremehkan. Hal itu mengajarkan kita bahwa dalam
bersosialisasi kita tidak boleh membeda-bedakan orang atau rasisme terhadap
siapapun, dan apapun berbedaannya. Karena semua orang itu sama. Kita juga tidak
boleh memandang orang sebelah mata atau meremehkan orang lain. Karena bisa
jadi, orang yang kita anggap remeh itu adalah orang yang berhasil di masa depan
dan mempunyai skill atau kelebihan lainnya dibandingkan kita.
Sumber Referensi: