Thursday, November 12, 2015

Tugas Mata Kuliah Softskill - ISD#

Resensi Film

“Something the Lord Made”



Judul film        : Something the Lord Made
Sutradara       : Joseph Sargent
Pemain           : Alan Rickman sebagai Dr. Alfred Blalock
   Mos Def sebagai Vivien Thomas
   Kyra Sedgwick sebagai Mary Blalock
   Gabrielle Union sebagai Clara Thomas
   Merritt Wever sebagai Mrs. Saxon
   Clayton LeBouef sebagai Harold Thomas
   Charles S. Dutton sebagai William Thomas
   Mary Stuart Masterson sebagai Helen B. Taussig
Produser        : Robert W. Cort
Distributor       : HBO
Tanggal rilis    : 30 May 2004
Bahasa            : Inggris

Film “Something the Lord Made” merupakan sebuah film yang diambil dari kisah nyata. Film ini menceritakan tentang seorang tukang kayu berkulit hitam yang bernama Vivien Thomas. Ia hanya lulusan SMA yang ingin melanjutkan studinya dalam bidang kedokteran. Ia bekerja keras untuk melanjutkan studinya itu dan sudah menabung dari beberapa tahun yang lalu di sebuah bank. Akhirnya Vivien bekerja pada dr.Alfred Blalock untuk memelihara anjing-anjing yang digunakan untuk penelitian serta membersihkan laboratorium di sebuah rumah sakit.

Suatu ketika, ia mendapat kabar bahwa bank dimana ia menabung mengalami masalah dan akhirnya tutup. Dan Vivien merasa sangat sedih dan kecewa, uang yang selama ini ia kumpulkan untuk melanjutkan studinya hilang begitu saja. Karena kemauannya yang tinggi, Vivien tidak patah semangat. Ia belajar otodidak untuk mempelajari bidang kedokteran sendiri dengan modal membaca buku milik dr. Alfred Blalock. Karena meliat minatnya dalam bidang kedokteran, dr.Alfred Blalock menguji Vivien dalam menggunakan alat-alat bedah dan ternyata Vivien sangat mahir menggunakannya.
           
        Kemudian, Vivien diangkat menjadi asisten dr.Alfred di laboratorium untuk membantu dalam penelitian dan memecahkan kasus pembedahan jantung serta kasus sindrom baby blue. Mereka berdua berhasil menemukan metode untuk pembedahan jantung untuk pertama kali. Namun, karena pada saat itu masih terdapat yang namanya rasisme terhadap warna kulit, Vivien seakan-akan tidak dianggap karena kulitnya yang hitam. Orang-orang hanya menganggap metode tersebut hanya dr.Alfred Blalock yang menemukannya dan hanya dr.Alfred Blalock lah yang menjadi sangat terkenal saat itu. Sedangkan Vivien hanya dianggap sebagai asisten yang tidak ada artinya dengan gaji yang cukup kecil untuk pekerjaannya saat itu dan jasa yang sudah diberikannya. Bahkan, ketika dr.Alfred Blalock berpidato pada suatu acara atas keberhasilannya dalam pembedahan jantun, dr.Alfred Blalock tidak menyebutkan atau menyinggung tentang Vivien sedikitpun. Ketika itu Vivien merasa sangat kecewa dan sedih.
           
         Vivien memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya itu dan mencari pekerjaan lain. Hingga akhirnya Vivien kembali bekerja pada dr.Alfred Blalock karena ia yakin bahwa pekerjaan itulah yang ia sukai. Dengan kesabaran dan ketekunannya ia terus meningkatkan keahliannya tanpa peduli berapa gaji yang ia dapatkan. Setelah beberapa tahun dan dr.Alfred Blalock pensiun, keahlian dan jabatan Vivien semakin tinggi. Dr.Alfred Blalock sempat mendatangi Vivien untuk minta maaf atas segala kesalahannya waktu itu. Dan ketika dr.Alfred Blalock meninggal, ia diangkat sebagai kepala laboratorium. Hingga akhirnya, kesabaran dan ketekunannya itu membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Ia mendapatkan gelar kehormatan sebagai doctor dan mendapatkan banyak penghargaan atas karya-karyanya dan jasanya dibidang kedokteran. Dan saat itu mulai pudarlah rasisme terhadap warna kulit.

Kaitan Film dengan Materi Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
           
        Banyak hal yang dapat diambil dari film berjudul “Something the Lord Made” ini. Film ini mengajarkan kita bahwa kita tidak boleh menyerah, harus bersungguh-sungguh dalam menggapai cita-cita. Karena, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selagi kita mau berusaha. Terus berusaha apapun rintangannya. Kesabaran dan kesungguhan dalam menggapai sesuatu akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan dan kebahagiaan akan menanti.

Dalam film ini, rasisme sangat menonjol, yaitu orang yang berkulit putih dianggap lebih daripada orang yang berkulit hitam. Dan orang yang berkulit hitam dianggap rendah dan selalu diremehkan. Hal itu mengajarkan kita bahwa dalam bersosialisasi kita tidak boleh membeda-bedakan orang atau rasisme terhadap siapapun, dan apapun berbedaannya. Karena semua orang itu sama. Kita juga tidak boleh memandang orang sebelah mata atau meremehkan orang lain. Karena bisa jadi, orang yang kita anggap remeh itu adalah orang yang berhasil di masa depan dan mempunyai skill atau kelebihan lainnya dibandingkan kita.