Contoh Konflik Agama dalam Masyarakat
Faktor Pemicu Konflik Poso
Dalam
laporan Pemda Poso tertanggal 7 Agustus 2001 dinyatakan antara lain bahwa kerusuhan
Poso diawali sebuah kasus kriminalitas biasa (perkelahian) antara beberapa oknum
pemuda. Namun dalam waktu singkat berkembang sedemikian rupa menadiisu SARA,
sehingga mengundang konflik massa yang tidak terkendali danmengakibatkan
timbulnya kerusuhan. Berkembangnya masalah kriminalitas tersebutmenadi isu SARA
tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi telah dimananfaatkan dandirekayasa
sedemikian rupa menadi sebuah isu SARA oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab dengan latar belakang kepentingan tertentu. Karena itu persoalanyang
memicu timbulnya kerusuhan bukanlah masalah SARA, tetapi masalah kriminalitas
yang dikemas dalam simbol-simbol SARA.
Dari
laporan jurnalistis, konflik Poso disebut sebagai tragedi tiga babak. Kerusuhan
pertama berlangsung tanggal 25-30 Desember 1998, yang kedua 15-21 April 2000, sedangkan
kerusuhan ketiga tanggal 23 Mei-10 Juni 2001. Rentetan peristiwa kerusuhan Poso
menurut paparan Sinansari Ecip dan Darwin Daru, konflik Posodimulai dari
kerusuhan pertama pada tanggal 25 Desember 1998 (kebetulan Natal dan bulan
puasa) karena pertikaian dua pemuda yang berbeda agama. Pertikaian itu terus
berlanjut hingga mengundang kelompok massa untuk melakukan aksi yang anarkis. Konflik
individual ini kemudian melibatkan kelompok pemuda agama (masing-masing
perwakilan dari korban dan pelaku yang berbeda agama) yang berlanjut ke
pembakaran toko dan rumah-rumah warga yang sebelumnya tidak terlibat. Terjadinya
konflik dan perilaku kekerasan dalam masyarakat tergantung dari sumber potensi
konflik yang ada. Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya konflik, selain
agama, yaitu ketidakadilan ekonomi, ketidakstabilan politik, serta
ketimpangansosial. Untuk itulah, dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu mengenai
kondisimasyarakat Poso yang menjadi poin terjadinya konflik.
- Faktor Politik
Meskipun
pemicu awal munculnya konflik di Poso ini adalah karena pertikaian pemuda namun
sebenarnya terdapat muatan politik berkaitan dengan suksesi bupati.
Ketidakpuasan politik inilah yang menjadi akar permasalah konflik. Pada 1998,
ketika mantan Bupati Poso Arief Patanga akan mengakhiri masa.
Meskipun
konflik Poso mengatasnamakan ‘agama’ sebagai penyebab konfliknya, namun harus
dilihat terlebih dahulu apakah benar agama sebagai faktor dibalik konflik
tersebut. Kepemimpinannya, terlihat sinyalemen terjadinya gesekan di tingkat
politisi partai yang menginginkan perubahan kepemimpinan. Pergesekan antara
politisi partai akhirnya merambah hingga ke tingkat akar rumput. Akhirnya
muncullah kelompok-kelompok di masyarakat yang berlawanan haluan dengan
kebijakan politisi partai. Terendusnya praktik korupsiyang dilakukan oleh
kroni-kroni Bupati Arief Patanga membuat yang bersangkutan berupaya mengalihkan
isu. Korupsi Korupsi bermula dari pemberian dana kredit usaha tani (KUT)
sebesar Rp 5 miliar pada 1998 oleh pemerintah pusat. Saat ada upaya
pengungkapan kasus korupsi itu, orang-orang yang terlibat korupsi menggalang
massa untuk melakukan aksi untuk mengalihkan isu korupsi yang berkembang.
Bahkan ada selebaran yang berisi penyerangan tokoh Kristen yang sengaja
diedarkan ke masyarakat. Hal itu kemudian semakin memperuncing konflik
masyarakat yang beragama Islam danKristen. Kekerasan yang terjadi tersebut
tidak mendapat respons yang memadaidari aparat keamanan. Kegiatan itu terlihat
dibiarkan sehingga terus terjadi dan meluas. Karena pembiaran oleh aparat,
eskalasi kekerasannya meningkat hingga terjadi pembakaran rumah penduduk,
gereja, dan masjid. Bahkan terjadi pembantaian di Pesantren Walisongo,
Sintuwelemba, yang lokasinya di tengah-tengah komunitas Kristen.
- Faktor Ekonomi
Poso telah
dimasuki pendatang Kristen dan Islam sejak masa pra-kolonial,namun proporsi
migrasi yang signifikan baru terjadi pada masa orde baru. Halitu terjadi sejak
dibangunnya prasara jalan trans-Sulawesi dan pembangunan berbagai pelabuhan
laut dan udara yang semakin memudahkan perpindahan penduduk. Tanpa disadari
proses pembangunan ekonomi di Poso membawadampak bagi orang Kristen setempat
yakni proses Islamisasi yang cepat dankesenjangan ekonomi. Keadaan ini lebih
dipertajam lagi dengan banyaknyaangka pengangguran kaum terpelajar karena sempitnya
atau langkanya lapangankonflik yang sesuai dengan pendidikan yang pernah
ditempuh. Akibat urbanisasidan kesenjangan ekonomi, politik dan budaya antara
umat beragama inimenyebabkan perubahan pola-pola hubungan antar umat beragama
terutamaantara Muslim dan Kristiani.Pertumbuhan urbanisasi yang cepat akan
mengantarkan masyarakat ke arahmodernisasi sering terjadi konflik nilai-nilai
tradisional yang masih kuat dengan nilai-nilai baru yang belum mapan di
masyarakat. Konflik nilai tersebut berpengaruh besarterhadap perilaku
masyarakat dan dapat mendorong masyarakat ke proses desintegrasialienasi,
disorienttasi, disorganisasi, segmentasi dan lain sebagainya.Umat Islam yang
hidup di Poso tidak rela dan tidak senang kalau melihat pemuda-pemuda Kristen
yang minum-minuman keras serta mabuk-mabukan di jalan,apalagi di bulan suci
Ramadhan. Oleh karena itu sasaran pengrusakan atau amukmassa Islam tatkala
gagal mencari pemuda Kristen yang memukul pemuda Islam dimasjid adalah Toko
Lima, tempat penjualan minuman keras terbesar di Poso.Peristiwa inilah
merupakan awal mula bentrok fisik antara massa Islam dan Kristen.
Peristiwa
hari Jum’at tanggal 26 Desember 1998 inilah yang merupakan pelampiasan emosi
keagamaan antara Islam dan Kristen yang berpangkal pada perbedaan dankesenjangan
sistem nilai budaya antara komunitas tersebut.
Contoh lain konflik Agama dalam masyarakat, antara lain:
- Tahun 1996, 5 gereja dibakar oleh 10,000 massa di Situbondo karena adanya konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman.
- Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan masyarakat setempat hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan ketika telah diusut Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator yang melempari masjid dan masuk ke asrama putri kampus tersebut. Dan bisa ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara anarkis.
- Perbedaan pendapat antar kelompok – kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhammadiyah.
- Perbedaan penetapan tanggal hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing – masing umat.
Sumber:
- http://bungaparamithaalleny.blogspot.co.id/2014/12/konflik-antar-agama-di-indonesia.html
- http://www.academia.edu/7500730/Konflik_beragama
- http://erlanggasetyaalam.blogspot.co.id/2015/01/konflik-agama-di-indonesia.html
- https://www.google.co.id/search?q=konflik+agama+di+poso&biw=1366&bih=677&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2&ved=0ahUKEwjK4M7X1s3JAhVOCY4KHe2eANoQ_AUIBygC#imgrc=1QlbyMVrw56JNM%3A
0 comments:
Post a Comment