Saturday, April 9, 2016

Tugas 2 - Ilmu Budaya Dasar

Cerpen

Sahabat Sejati

Betapa bahagianya mempunyai seorang sahabat yang benar-benar tulus, saling memahami, menasihati dan saling membantu. Itulah yang dirasakan oleh kedua sahabat ini. Namanya Rini dan Diana. Mereka sudah akrab sejak SMP. Awalnya mereka berkenalan saat MOS karena mereka satu kelas saat itu.
“Hai, nama kamu siapa?” kata Diana. “Hai, aku Rini. Nama kamu siapa?” kata Rini. “Aku Diana” sahut Diana. Mereka duduk satu bangku dan terlihat sangat akrab. Namun, keakraban mereka berkurang ketika pembagian kelas lagi, karena mereka tidak satu kelas.
Ketika kelas delapan , mereka satu kelas lagi, tetapi tidak sebangku. Mereka mulai akrab kembali ketika mereka satu kelompok belajar di kelas. Mereka sering bertukar cerita dan pendapat. Hingga suatu waktu Diana mengajak Rini main kerumahnya.
 “Rin, hari Minggu besok main yuk kerumah ku, sekalian kita belajar bersama.” kata Diana. “Hmm gimana ya?” sahut Rini. “Ayolah, Rin.” Kata Diana dengan sedikit memaksa. “ Oke, tapi aku izin dulu ya sama mamaku?.” Sahut Rini. “Oke!” jawab Diana dengan senang.
Ketika Rini main kerumah Diana, Rini bertemu dengan ibu Diana. Keluarga Rini dan keluarga Diana sudah saling kenal sejak pertama kali masuk ke SMP tersebut. Ibu Diana sedikit bertanya-tanya tentang keadaan orang tua Rini. “Rin, gimana kabar orang tua mu? Sudah lama Ibu tidak bertemu.“ kata Ibu Diana. “Alhamdulillah baik bu, Ibu sendiri gimana?” kata Rini. “Syukurlah. Baik juga Rin.” Jawab Ibu Diana.
Sejak itu, mereka menjadi semakin dekat dan semakin mengenal lebih dalam satu sama lain dari cerita-cerita mereka. Orang tua mereka juga sudah mengenalnya satu sama lain dengan dekat. Hampir setiap minggu mereka menghabiskan akhir pekan bersama. Mereka berdua sudah seperti keluarga. Rini juga sering jalan-jalan bersama dengan keluarga Diana. “Rin, minggu ini kita jalan-jalan kemana?” Tanya Diana. “Gimana kalau kita pergi ke Taman Mini?” jawab Rini. “Hmmm, boleh juga. Sepertinya seru!. Kalau begitu, ayo kita berangkat lebih pagi. Kamu datang ke rumahku jam 8 ya, oke?” Sahut Diana. “Oke!” Kata Rini.
Suatu hari, Ayah Rini jatuh sakit dan dibawa ke Rumah Sakit. Saat itu, Rini belum pulang sekolah. Ketika sampai di rumah, pintu rumah Rini dikunci. “Assalamualaikum, Ibuuu Rini pulang!” Kata Rini. “Ibuuuu.” Rini memanggil kembali. Namun, tidak ada sahutan dari Ibunya.
Beberapa lama kemudian, ada tetangga Rini yang lewat di depan rumahnya. “Rini, Orang tuamu pergi ke Rumah Sakit tadi pagi.” Kata tetangganya. “Ke rumah sakit? Menjenguk siapa, pak?” Jawab Rini. “Ayah kamu yang sakit Rin, tadi pagi Ibumu membawa ayahmu ke Rumah Sakit. Dan Ibumu menitip pesan, katanya kamu disuruh menyusul ke sana.” tetangganya menjelaskan. “Ya ampun, ayah sakit apa?” Tanya Rini. “Bapak juga kurang tahu Rin, lebih baik kamu segera ke sana.” Jawab tetangganya. “Kalau begitu terima kasih banyak ya pak.” Kata Rini. “Sama-sama, Rin.” Sahut tetangganya.
Rini bergegas pergi ke Rumah Sakit dan menemui orang tuanya. Rini sangat sedih melihat ayahnya yang berbaring lemas di tempat tidur. “ Ayaahh, ayah kenapa? Ayah sakit apa?” Kata Rini sambil meneteskan air mata. “Rini, sabar ya nak. Ayah sakit, sekarang dia sedang istirahat, jangan diganggu dulu ya nak!.” Kata Ibunya sambil menangis. Kemudian, Ibunya menceritakan tentang penyakit ayahnya itu ke Rini. “Ibu, ayah sakit apa?” Tanya Rini sambil tersendu-sendu. “Ayah terkena stroke ringan akibat tekanan darah tinggi, Rin.” Jawab Ibu Rini. “Tapi Ayah bisa sembuh kan bu?” sahut Rini. ”Kata dokter, ayah bias sembuh namun dalam waktu yang cukup lama dan harus dirawat di sini.” Jawab Ibunya. Rini hanya terdiam dan menangis. Ayah Rini terpaksa berhenti bekerja untuk sementara karena keadaannya cukup parah.
Keesokannya Diana dan kedua orang tuanya datang ke Rumah Sakit untuk menjenguk Ayah Rini. Orang tua Diana membawa berbagai macam buah-buahan. “Rin aku turut perihatin! gimana keadaan ayah kamu? Maaf ya aku baru jenguk hari ini.” Kata Diana. “Hai di, ya begitulah, masih lemah. Iya tidak apa-apa kok di, makasih ya udah jenguk ayah ku.” Sahut Rini.
Orang tua Diana berbincang-bincang di ruang kamar. Sedangkan Diana dan Rini pergi ke taman di Rumah Sakit itu. “Rin, Kamu jangan sedih dong, ayah kamu pasti sembuh kok, kamu banyak-banyak berdoa aja Rin. Mungkin ini cobaan buat keluarga kamu, kamu yang sabar yaa. Jangan sedih lagi, oke!” kata Diana. Diana berusaha untuk menghibur Rini agar ia tidak sedih lagi di taman. Berbagai cara telah dicoba Diana untuk menghibur Rini, akhirnya Rini pun merasa lebih tenang.
“Permisi pak, saya ingin memeriksa dulu!” Kata dokter. “Gimana dok, apakah keadaan suami saya sudah membaik?” Tanya Ibu Diana. “Kapan saya bisa pulang dok?” Tanya Ayah Diana. “Karena keadaannya sudah mulai membaik, besok sore bapak sudah boleh pulang, tetapi bapak harus tetap menjalani rawat jalan secara rutin. Bapak juga tidak boleh bekerja yang terlalu berat dulu sebelum keadaan bapak benar-benar pulih.” Jawab dokter. “Baiklah dok, terima kasih banyak.” Sahut ayah Diana dengan senang. Setelah hampir satu bulan berada di Rumah Sakit, akhirnya Ayah Rini diperbolehkan pulang ke rumah. Namun, Ayah Rini harus menjalani rawat jalan yang rutin untuk mempercepat kesembuhannya.
Ayah Rini merasa sangat senang mendengar kabar itu. Begitu juga pada Rini yang sangat senang sekali, namun Rini melihat Ibunya sedih. “Ibu kenapa? Kok sedih? Harusnya Ibu senang dong, ayah kan besok sudah boleh pulang.” Tanya Rini dengan penasaran. “Iya Rin, ibu senang sekali.” Jawab Ibunya. “Lalu, kenapa ibu masih terlihat sedih?” Tanya Rini lagi. “Ibu bingung bagaimana kita melunasi biaya rumah sakit ini, sedangkan tabungan ayah dan ibu sudah habis terpakai untuk membiayai rumah sakit ini juga.” Jawab ibu Rini dengan sedih.
Keluarga Rini sudah kehabisan biaya untuk melunasi rumah sakit itu, karena Ayah Rini sudah berhenti bekerja dan tidak ada penghasilan lagi. “Lalu, kita harus bagaimana bu? Apa yang bisa Rini bantu bu?” Tanya Rini. “Sudah lah nak, nanti biar ibu yang usahakan. Kamu jangan pikirkan ini, lenih baik kamu belajar yang rajin.” Jawab ibunya. Rini merasa sangat sedih dan bingung apa yang harus dilakukannya.
Sorenya, Rini pergi ke rumah Diana untuk belajar bersama. Namun, Diana merasa sahabatnya tersebut sedang ada masalah. Diana sudah kenal dekat dengan Rini sehingga ia tahu jika sahabatnya itu sedang sedih. “Rin, kamu kenapa? Kamu lagi ada masalah ya? Cerita dong sama aku, siapa tahu aja aku bias bantu.” Kata Diana. “Engga kok Di, aku baik-baik saja.” Sahut Rini. “Jangan Bohong Rin, aku mengal kamu sudah lama, jadi aku tahu.” Kata Diana. Kemudian, Rini menceritakan semuanya kepada sahabatnya itu.
Diana merasa sangat iba mendengar cerita Rini dan ia ingin sekali membantunya. Diana bingung bagaimana cara membantu sahabatnya itu. Akhirnya, Diana menceritakan masalah tersebut kepada kedua orang tuanya. “Ma, pa, Rini sedang dalam kesulitan, keluarganya kehabisan biaya untuk melunasi biaya rumah sakit, kita bantu yuk mah, pah, Rini kan sahabatku, aku mau kita menolongnya?.” Kata Rini sambil memohon. “Kita harus bantu pah, merekakan sudah seperti keluarga kita ?.” Jawab ibu Diana. “Iya-iya kalau kita bisa bantu, kenapa tidak? Kita pasti bantu Rin.” Kata ayah Diana. Akhirnya, keluarga Diana sepakat untuk membantu Rini untuk melunasi biaya rumah sakitnya dan membiayai pengobatan ayah Rini hingga sehat kembali. Diana sangat bahagia mempunyai orang tua yang baik yang mau membantu sahabatnya itu.
Keesokan harinya, Diana memberitahukan kabar gembira tersebut kepada sahabatnya. “Rin, aku punya kabar gembira buat kamu.” Kata Diana. “Apa?” sahut Rini dengan penasaran. “Ayah dan Ibuku akan membantu melunasi biaya rumah sakit ayah kamu Rin, jadi nanti sore ayah kamu sudah bisa pulang.” Jawab Diana dengan senang hati. “Kamu bercanda ya Di?” Sahut Rini dengan tidak percaya. “Serius Rin, aku tidak bercanda.” Sahut Diana untuk meyakinkan. “Yang benar? Terima kasih banyak ya Di, kamu baik sekali dengan keluarga ku.” Jawab Rini dengan sangat gembira. Rini merasa sangat sangat senang mendengar kabar tersebut.
Setelah mendengar kabar tersebut, Rini segera memberi tahu ibunya yang sedang bingung memikirkan biaya tersebut. Ibu Rini merasa sangat senang dan sangat lega mendengarnya. Sorenya, Orang tua Diana datang untuk melunasinya dan sekaligus menjemput keluarga Rini dan mengantarnya pulang. “Terima kasih banyak ya pak, bu. Kalian sudah banyak menolong keluarga kami.” Ucap Ibu Rini kepada kedua orang tua Diana. “Iya bu, sama-sama.” Jawab Ibu Diana dengan senang. Keluarga Rini sangat berterima kasih kepada keluarga Diana yang sudah banyak membantu keluarganya.
Setelah pulang dari rumah sakit, ayah Rini terus menjalani pengobatan secara rutin. Hingga beberapa lama kemudian, akhirnya Ayah Rini sudah pulih kembali dan dokter telah menyatakan Ayah Rini sudah sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa lagi. “Akhirnya ayah sekarang sudah benar-benar sembuh.” Ucap Rini. “Iya, ayah senang bisa bekerja lagi untuk menafkahi kalian.” Jawab ayah Rini.
Keesokannya, Rini memberi tahu Diana dan keluarganya saat bermain ke rumah Diana. “Di, kemarin ayah ku ke dokter, kata dokter ayahku sudah sembuh dan sudah diperbolehkan bekerja lagi, Di.” Kata Rini. “Syukurlah kalau begitu, aku juga ikut senang Rin.” Sahut Diana. “Terima kasih banyak ya Di, kamu dan keluarga kamu sudah banyak membantu keluargaku, kamu memang sahabat yang baik Di.” Ucap Rini dengan sangat bangga mempunyai sahabat seperti Diana. “iya sama-sama Rin, aku juga senang bisa membantu kamu.” Jawab Diana.
Sejak saat itu, Rini dan Diana menyadari dan merasakan arti sebuah persahabatan yang mereka jalani selama ini. Rini sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Diana. Dan begitu pula sebaliknya, Diana juga merasa sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Rini. Sahabat yang saling membantu satu sama lain, saling melengkapi, saling mengerti dan saling berbagi itulah yang membuat Rini dan Diana menjadi sahabat sejati.
Karya : Fahirah (2013)

0 comments:

Post a Comment